Apa Manfaat Belajar Silat?
Apa Manfaat Belajar Silat?
Judul di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil menyusunnya dalam bentuk artikel.
Tidak saja bagi para remaja yang sedang mengalami perubahan jasmani dan rohani yang pesat, melainkan bagi semua golongan usia termasuk orang-orang tua, belajar silat mendatangkan manfaat yang besar, minimal untuk memelihara kesehatan dan kesegaran jasmani.
Demikian pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.
Silat sebagai Olahraga
Telah kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.
Untuk menguatkan alat-alat dalam tubuh kita, termasuk bagaimana cara menambah kesehatan jantung dan paru-paru, kamu akan dilatih pernapasan. Jadi, khusus bagi alat-alat tubuh kita bagian dalam, bukan hanya gerakan tubuh yang menguatkannya, melainkan (dan terutama sekali) latihan bernapas khusus yang baik. Tentu saja hal ini dilatih secara bertahap, tetapi semakin meningkat. Dalam silat ada tahap-tahap tertentu, di mana diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan tersebut.
Pengertian tentang latihan-latihan yang dapat menguatkan otot-otot, janganlah diarti kan sebagai latihan untuk membesarkan otot. Otot yang kuat tidaklah berarti sama dengan otot yang besar, atau sebaliknya, otot yang besar belum bisa diartikan otot yang mengandung tenaga besar dan kuat. Teknik-teknik tertentu di dalam beladiri silat yang melatih kecepatan dan kelincahan tubuh, jarang sekali membuat otot seseorang menjadi bertonjolan. Bahkan, makin sempurna dan tinggi teknik silat seseorang (termasuk ilmu pernapasan nya), makin sulit orang awam menebaknya sebagai seorang yang ber “isi”. Selain itu, makin sulit pula orang mengira kita menguasai beladiri. Mengapa demikian?! Justru karena otot-otot kita yang tidak tampak menonjol !
Oleh sebab itu, diharapkan kalian terutama remaja putri tidak apriori, bahwa kalau kita belajar silat kelak jadi “kayak cowok”. Contoh remaja putri yang menguasai beladiri silat tapi tak tampak dari luar itu, ialah Anne Rufaidah, gadis Bandung yang pernah menyandang gelar Puteri Remaja Indonesia 1980. Ia salah seorang gadis remaja (waktu itu) yang diam-diam memiliki “kekuatan terpendam”. Dan banyak lagi remaja putri seperti Anne yang tidak berotot layaknya binaragawan. Ia justru nampak halus dan luwes sebagai gadis remaja biasa.
“Akh, buat apa capek-capek!” mungkin demikian pula komentar kalianm, akan tetapi soal capek kiranya apa saja yang menjadi pekerjaan kita yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menyebabkan kita capek secara fisik, namun tidak secara psikhis. Mengingat tujuannya yang baik, apalagi bila dilakukan dengan gembira, soal capek dapat diatasi dan boleh diabaikan.
Silat sebagai Seni Beladiri Yang Bermutu
Hal ini dapat dilihat para rangkaian gerak yang disebut dengan JURUS dalam Pencak Silat dan Karate (Kata). Jadi, bukan saja keluwesan geraknya yang dianggap “nyeni”, melainkan juga saat pesilat mengerahkan tenaganya, saat ia menampilkan kelincahan dan kegesitannya. Bagaimana ia menyesuaikan irama gerakan-gerakannya, seperti : bagaimana ia memperlambat gerakan-gerakannya pada saat ia melakukan “sikap-sikap” tertentu, bagaimana ia mempercepat gerakan-gerakannya waktu ia menyerang dengan tangan dan kakinya, serta bagaimana pula ia memperagakan gerakan- gerakan menghindar dengan lincah dan ringan.
Dalam Pencak Silat, baik yang berasal dari Jawa Barat (Ibingan), Jawa Tengah maupun dari Tanah Minang, tampak adanya penggabungan seni tari daerah masing-masing dengan tipu-tipu Pencak Silat, sehingga kita lihat “Kembangan” atau “Ibingan” tadi agak mirip dengan tarian-tarian daerah tersebut di atas (Ingat Jaipongan!). Konon, penyamaran beladiri silat ke dalam seni tari daerah, merupakan suatu upaya para Pendekar di jaman penjajahan untuk melestarikan beladiri silat yang diwarisi dari para guru dan leluhurnya.
Manakah yang disebut “Jurus” atau “Kembangan” itu? Kedua istilah itu merupakan rangkaian gerakan-gerakan beladiri yang disusun sesuai dengan aturan dari aliran atau perguruan silat yang menyusunnya. Di dalamnya tercakup gerakan-gerakan menyerang, menghindar maupun bersikap sesuai dengan ajaran-ajaran perguruan silat masing-masing.
“Seni” ini bagi setiap orang tidaklah sama keindahannya, sebagaimana tidak setiap orang punya penghargaan yang sama terhadap lagu-lagu klasik, pop, rap atau dangdut misalnya.
Silat sebagai Alat Bela Diri
Seorang pesilat diajar dan dilatih menggunakan senjata. Ia harus mengerti sifat-sifat senjata yang paling sederhana, seperti : Pisau, Pedang, Golok dan Toya (istilah silat untuk tongkat panjang yang disesuaikan dengan tinggi pesilat). Kemudian ia pun diberi pengetahuan tentang senjata-senjata lain. Dari sinilah seorang pesilat mengembangkan pengetahuannya tentang senjata. Mana yang sesuai buat dirinya, serta benda-benda apa saja yang dapat digunakan sebagai senjata saat ia terdesak. Contoh benda-benda yang dapat digunakan sebagai senjata, adalah tas, pasir, penggaris, pensil, sapu tangan, ikat pinggang, bahkan baju atau jacket pun atau buku dapat dipergunakan sebagai senjata “rahasia”.
Silat sebagai Alat Untuk Belajar Menguasai Diri
Pesilat yang baik, harus sanggup mengalah kepada lawannya yang nyata-nyata jauh lebih unggul baik teknik dan prestasinya. Ia pantang melayani nafsunya untuk menang dengan berlaku curang! Ia harus berani mengakui kelebihan lawan dan melihat kekurangan dirinya.
Sifat-sifat baik yang diperolehnya dalam mempelajari beladiri silat, diharapkan tidak hanya berlaku di perguruannya saja, melainkan harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu membentuk rasa percaya diri yang tebal dan kepribadian kuat, sehingga segala tekanan dari luar dapat dihadapinya dengan tabah, rendah hati dan damai.
Seorang ahli beladiri yang baik memiliki perasaan yang halus dan rasa perikemanusiaan tinggi. Ia tidak enggan untuk memaafkan seseorang yang telah mengakui dan menyadari kesalahannya.
Silat sebagai Alat Untuk Mengasah Kecerdasan
Ada beberapa persamaan antara belajar ilmu gaya dan belajar silat. Dalam silat kita memiliki rumus-rumus tertentu untuk menghindar, menyerang atau membalas suatu serangan, sehingga gerakan kita menjadi efektif dan efisien. Ada momen-momen dalam ilmu gaya yang dapat diterapkan dalam ilmu silat. Misalnya, bagaimana kita dapat menghindari serangan berupa pukulan dan tendangan yang lintasannya seperti lingkaran, sehingga kita berada di luar garis singgung lingkaran tersebut. Atau bagaimana kita menghindari serangan yang lintasannya lurus, yakni dengan bergerak sedikit ke samping dengan cara apa pun, sehingga serangan itu berlalu tanpa kita mengeluarkan tenaga banyak (hukum ekonomi).
Pengertian-pengertian ilmiah semacam inilah yang membuat ilmu beladiri silat menjadi menarik untuk dipelajari dan diselami, sebab Ilmu Silat sekaligus mengasah kecerdasan kita.
Judul di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil menyusunnya dalam bentuk artikel.
Tidak saja bagi para remaja yang sedang mengalami perubahan jasmani dan rohani yang pesat, melainkan bagi semua golongan usia termasuk orang-orang tua, belajar silat mendatangkan manfaat yang besar, minimal untuk memelihara kesehatan dan kesegaran jasmani.
Demikian pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.
Silat sebagai Olahraga
Telah kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.
Pengertian seni beladiri di sini jangan diasosiasikan dengan seni tari. Walau pun antara keduanya ada persamaan, yakni sama-sama mengandung unsur keindahan gerak dari seluruh tubuh yang harmonis. Kesenian itu menggugah kehalusan dan kepekaan jiwa seseorang. Lalu di manakah letak seninya Silat? Dalam silat yang nyeni bukan saja karena segi miripnya kepada Tarian (dengan adanya kembangan), akan tetapi dilihat dari segi harmonisnya gerakan-gerakan silat itu sendiri. Keselarasan gerakan tubuh dan anggota tubuh pesilat yang menyentuh hati si penonton, menimbulkan rasa kagum orang yang memandang.
Silat sebagai alat bela diri merupakan pengetahuan yang bermutu tinggi. Silat tidak terbatas, baik dalam melakukan serangan, maupun tangkisan. Dari kepala, bahu, siku, lengan, tapak tangan, jari tangan, punggung, pinggang, pantat, paha, lutut, tulang kering, mata kaki, tumit, jari kaki semuanya mendapat jatah latihan secara khusus. Dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki dapat digunakan sebagai senjata terdekat dan ampuh. Menurut para ahli, air liur dan rambut pun bisa dipakai sebagai alat bela diri yang efektif.
Silat berusaha memenuhi tuntutan : “Menyerang semaksimal mungkin dengan resiko sekecil mungkin bagi diri sendiri” (bandingkan dengan Ilmu Ekonomi). Singkatnya, dengan apa yang ada kita gunakan untuk membela diri, jadi harus praktis dan ekonomis !
Umumnya, ilmu beladiri yang baik, mendidik murid-muridnya sanggup menguasai diri, menguasai emosinya. Demikian pula silat. Tak heranlah kita membaca atau mendengar ungkapan “Kalahkan dulu dirimu, sebelum mengalahkan orang lain” atau motto dari beladiri Kempo “Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman”. Semua itu menunjukkan pentingnya belajar menguasai diri. Pesilat dilarang untuk bertindak sewenang-wenang. Secara bertahap ia dilatih menguasai hawa nafsunya, karena memang yang paling sulit adalah bagaimana mengajar seseorang mampu menguasai dirinya.
Di sekolah dasar kita diajar berhitung/matematik, di sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas kita dilatih untuk berpikir lebih kritis, kemudian di perguruan tinggi kita diajar dan dilatih tentang hubungan-hubungan dalam suatu sistem/keseluruhan. Dalam belajar Silat, kita pun diajar dan dilatih berpikir kritis. Tetapi dengan cara yang khas silat. Kita harus memperhitungkan secara matang gerak-gerik lawan dan menjawab serangan lawan dengan reaksi yang cepat dan tepat. Sebab bila kita terlambat sedikit saja, akan fatal akibatnya bagi kita.
Paguyuban Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI Pusat 1955 Cabang Pasuruan
PERISAI DIRI JAYA, PAK DIRDJO MULYA
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
Teknik Asli Perisai Diri
Teknik Asli
Teknik asli is a set of movements that has been prepared in an order. The techniques are grouped according to it’s original technique. In silat, it is commonly called as Jurus (similar to Kata in Karate). There are 9 teknik asli customized by the founder to be trained. Out of those 9 teknik asli, we can split them into 2 groups, Animal techniques and Human techniques.
Those teknik aslis are listed as follow:
Human technique :
1. Technique of Minangkabau
Level trained : Cakel (Calon Keluarga)
One of the objective in learning this technique is to strengthen lower body, i.e. leg muscles and tendon as well as the back area. This technique also gives some experience in ‘feeling grounded’.
This technique also teach how to move soft and slowly when opponent in a long distance, but suddenly change to very fast and sharp when attacking or blocking opponent’s attack.
In order to attract the opponent, Minang technique often opens weak areas in the body with a slow movement. This is actually ‘a trap’ for the opponent to attack those open areas. Once the opponent coming with an attack, Minang technique will always be ready to destroy opponent’s attack, by hitting any part of opponent’s body.
2. Technique of Burung Meliwis.
Level trained : White Stipe
The objectives of learning this technique is to build a good acceleration, as well as to make a habit of moving light. By learning this technique, students will train their leg and hip muscles.
Meliwis uses it’s top fingers to attack the opponent. Those, this technique will always attack to weak areas such as eyes and neck. During attacking, Meliwis throws their hands very fast and pull them back to the body, so the opponent will find some difficulties to block the hands.
Beside the top fingers, Meliwis can also use it’s wrist to attack other areas such as neck and chin. It can also uses the inner and outer side of the hands to block, by shifting opponent’s attack to different way.
3. Technique of Burung Kuntul
Level trained : White Green Stripe
If a student was trained to move lightly when learning mliwis technique, they will now learn how to move light and combining a power in their technique. While mliwis mostly attack weak area such as eyes, kuntul not only strike to the eyes but also to the knee. This technique have one kicking technique that is used to break opponent’s leg.
Kuntul performs it’s attack more to whip than to hit. The attack is thrown very fast from the body to the target and automatically return back to the body with the same speed. However, kuntul will always attack to the side, not staight to the front.
4. Technique of Burung Garuda (eagle)
Level trained : Green Stripe
When learning garuda technique, student starts to learn using their body as a power source. This technique starts transforming the body movement as additional power during attacking and blocking. Due to this capability, the power of garuda technique is stronger than mliwis and kuntul.
Garuda uses side of the hands and elbow as the equipment for attacking and blocking. This technique spreads all the 5 fingers to strengthen the muscle on the outer side of the hands.
The target of attacking are mostly the neck. Using the side of the hand, garuda hit the neck using the elbow and slice the neck skin in order to damage the skin as well as the bone. Garuda is also targeting opponent’s eye to be attacked by the side of the hand. The strike is using the elbow as a start to hit just below the forehead and slice it, by using the side of the hand, along the eye line.
In a very close distance, garuda uses it’s elbow to attack. With similar distance, garuda uses short distance kick to damage opponent’s groin.
In order to shield the body from opponent’s attack, garuda uses the legs to block all attackings that coming to lower body and uses its hands to block upper body area.
5. Technique of Harimau (tiger)
Level trained : Green Blue Stripe
The stance of harimau can be varied. This technique has the ability to fight in a low, medium and high stances. In a low stance, this technique will widely spread the legs to get closer to the ground and attack lower area. It will use it’s rolling technique after attacking opponent’s lower area, to stay away from the opponent. In a high stance, this technique will target to opponent’s body and head. It can also jump to the opponent’s side to attack upper area.
During attacking, harimau uses it’s claws, palm, knee and toe. When blocking, this technique will use the legs, hands and also the claws. The attacking target points are almost the whole area, such as eyes, face, ears, head, neck, chest, joints, groin, knees and skins.
This technique has its own breathing rhythm. However, this breathing systematic will be delivered when the student has reached red-yellow stripe.
6. Naga (dragon)
Level trained : Blue Stripe
Even more, student has already become an instructor when they receive this technique. At the same time, this new instructor will also receive a first level of pernafasan (breathing exercise). This pernafasan will increase the strength of the instructor. Thus, naga will even stronger because the practitioner will combine the body twist, body weight and pernafasan into an application of each technique.
Naga aim for main joints for attacking such as necks, thigh joint and arm joint. Some weak areas such as chin and groin can also become a target point when they are open.
The stance of Naga are mostly low. This technique has a back circling kick in a very low stance to drop the opponent down when they are standing on it’s back. From a low position, Naga can also throw the opponent away by hitting opponents thigh from the ground.
7. Satria (knight)
Level trained : Blue Red Stripe
However, as a human technique, satria will put animal’s characteristics aside, such as the wildness and brutality. Satria will always think what is right before performing a technique.
Together with this technique, an instructor will also receive a second level of pernafasan (breathing exercise), which is focused in how to explode the power. Due to the result of two level breathing exercises, the power of satria is stronger and can be exploded anytime. To explode here means that the power can be quickly transferred to any area of the body , either to attack or to block.
This ability makes satria technique very confidence in handling opponent’s attack. When it comes an attack, such as a kick from the opponent, this technique will break the leg on the spot by hitting the joints. This technique does not require a sophisticated movement like harimau and naga.
8. Pendeta (priest/monk)
Level trained : Red Stripe
This character is adopted to the technique. Pendeta is a bridging technique to putri (princess). It does not show the wildness and brutality, nor to destroy opponent’s attack.
Although this technique has the ability of all technique in previous, pendeta will only hit when necessary. The movement is always short and never make a long distance to the opponent. The attack is always performed with the body twist with full power.
The equipment during an attack are knuckles, back of the hand, toe, body, shoulder and forehead. The attacking targets are ulu hati, head, side of the body and some joints.
9. Putri (princess)
Level trained : Red Yellow and Yellow.
Putri mostly do two moves at once. It can be attacking while avoiding or attacking after blocking, in only one step movement and a very close distance. A body twist is always used and third level of pernafasan will always be implemented in this technique. Since normally the movement is hard to see by the opponent, this technique is then called as having an unsighted attack.
Putri will normally react to the opponent’s attack. It is not it’s main characteristic to open the first attack. During learning this technique, all part of the body becomes very flexible.
Teknik asli is a set of movements that has been prepared in an order. The techniques are grouped according to it’s original technique. In silat, it is commonly called as Jurus (similar to Kata in Karate). There are 9 teknik asli customized by the founder to be trained. Out of those 9 teknik asli, we can split them into 2 groups, Animal techniques and Human techniques.
Those teknik aslis are listed as follow:
Human technique :
1. Technique of Minangkabau
Level trained : Cakel (Calon Keluarga)
One of the objective in learning this technique is to strengthen lower body, i.e. leg muscles and tendon as well as the back area. This technique also gives some experience in ‘feeling grounded’.
Burung Meliwis is a kind of bird like heron. This technique moves from one stance to another in a light and fast movement.
After learning technique of Mliwis, a student will be given another teknik asli to be learned. Burung Kuntul is kind of egret that lives around rice field in Indonesia.
Garuda (eagle) is a symbol of powerful bird. Thus, compare to previous birds technique, Garuda has the most ability amongst other bird techniques.
The technique of harimau is adopted from tiger’s behavior. Compare to garuda, harimau is stronger due to the technique uses a total body spin to increase the power. The body also twist a little bit to fasten the movements.
Naga is a symbol of the strongest animal in PD. Thus, naga is given as the last animal technique. The unique characteristic of this technique is the movement. It mostly moves in a small rotation movement instead of straight forward. The power is stronger than other animal techniques because naga merge the body twist and the body weight all together.
After learning all animal techniques, an instructor will start to learn human techniques. The first human technique is called as satria. On this stage, an instructor should be able to perform the abilities of all animal techniques in previous levels.
Taken from the javanese language ‘pandito’, this mean as a person who provide guidance for others into goodness.
This is the highest technique asli in PD. The characteristic of this technique is unpredictable. Sometime it is soft, but sometimes it is fast. Putri merges all ability on previous techniques. It moves very light and soft, but suddenly changed to very fast when attacking or beladiri and back to soft again.
Paguyuban Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI Pusat 1955 Cabang Pasuruan
PERISAI DIRI JAYA, PAK DIRDJO MULYA
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
Ujian Kenaikan Tingkat (UKT)
Di beritahukan kepada seluruh Keluarga Silat Indonesia Perisai Diri Tingkat Dasar I sampai Hijau Biru akan di laksanakan Ujian Kenaikan Tingkat Perisai Diri pada Bulan Januari 2008.Masalah Tempat dan tanggal, tunggu pemberitahuan selanjutnya.Dan di harapkan agar para calon peserta UKT Perisai Diri, agar dapat mempersiapkan diri mulai sekarang, serta mengenai materi Ujian, berdasar pada buku panduan Perisai Diri masing-masing tingkatan.
PERISAI DIRI JAYA, PAK DIRDJO MULYA
Baca selengkapnya..
Paguyuban Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI Pusat 1955 Cabang Pasuruan
PERISAI DIRI JAYA, PAK DIRDJO MULYA
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
PERISAI DIRI PERISAI DIRI PERISAI DIRI
Subscribe to:
Posts (Atom)
Orang CERDAS, Pilih PAGUYUBAN KESILATNAS